Aroma Perancis begitu kental pada soundtrack The Little Prince. Memang film ini berdasarkan novel dari Perancis. Walaupun kemudian di adaptasi ke bahasa Inggris tetaplah ciamik buat di tonton. Termasuk ciamik untuk selalu didengarkan lagu-lagunya. Alunan musik Paris yang bisa membuat kepala saya mengangguk-angguk. Urusan mengerti artinya atau tidak, itu belakangan. Hehehe
Film The Little Prince adalah film kartun untuk orang 'dewasa'. Nope, bukan kartun porno. Hehehe, tapi memang konten film kartun ini seakan ditujukan untuk orang tua. Anak-anak yang melihat cukuplah menikmati gerakan-gerakan gambarnya.
Sejak lama saya tahu bahwa film ini bukan kartun untuk anak-anak. Karena seorang rekan saya yang sedang sekolah level S3 menyukai bukunya. Hmmm, pasti ada nilai yang sangat tinggi, begitu batin saya ketika melihat postingan facebook nya. Menginfokan tentang kemunculan film The Little Prince, tak lama lagi.
Betul saja. Kartun ini khusus untuk orang tua. Khususnya yang memiliki anak. Bahkan bagi saya yang belum memiliki anak sempat tersentak dengan nilai film ini. Why?
Sejak tayangan beberapa menit, sudah ditampilkan seorang anak yang selalu mengikuti Ibunya. A mother is a role mother. Peran Si Ibu diawal-awal begitu menarik untuk diperhatikan. Si Ibu begitu detail dengan kebutuhan anaknya demi meraih goal. Demi masa depan si anak?
APAKAH KITA SUDAH SEPERTI ITU?
Minimal mengetahui kebutuhan anak kita. Minimal mengetahui apa yang harus dilakukan.
Bagi saya yang seorang calon ibu, cukup tersentak. Karena tugas seorang Ibu begitu begitu begitu sangat berat! Betul-betul berat. Apalagi untuk menjadi super mom. Buat saya yang belum memiliki anak, menjadi sadar harus seperti apa kelak saya didepan anak-anak.
Si Ibu, entah siapa namanya, tak pernah muncul hingga film selesai. Begitu juga seluruh peran di film ini. Tak ada nama. Hanya sebutan. Karena rupanya penulis film ingin menunjukkan bagi seluruh anak, orang tua, atau siapapun yang terkait. Menarik bukan? Seakan kita sendiri yang diminta untuk BERCERMIN.
Tokoh si ibu diawal begitu mendominasi. Semua yang dilakukan oleh putrinya sudah dijadwalkan. Demi keteraturan hidup anaknya. Demi meraih tujuan besar si anak.
APAKAH KITA SUDAH SEPERTI ITU??
Minimal mengetahui apa yang harus dilakukan. Minimal mengetahui kemampuan anak-anak kita.
Tokoh si anak, yang sering dipanggil "sweety".
APAKAH KITA SUDAH SEPERTI ITU?
Memanggil nama anak-anak dengan panggilan manis. Tidak sekadar menggunakan kata kakak, Adek, bahkan lebih parah: heh!
bagi saya, ini cukup memusingkan kepala. Karena bisa jadi saya akan sering tidak konsisten untuk kelak memanggil buah hati "sweety" ketimbang namanya. Bagi saya ini penting. Untuk menyentuh hati anak. Bahwa ia lah kesayangan kita. Ia lah segalanya bagi kita - orang tuanya.
Sweety, sejak kemunculannya, menampilkan sosok yang selalu patuh pada Ibunya. Tak ada satu pun perintah Ibunya yang ia langgar. Bahkan si anak menjadi sangat canggih ketika adegan Ia ditinggal Ibunya dirumah barunya. Sweety adalah cetakan Ibunya. Ketika ia baik..maka Ibunya akan jauh lebih baik.
Hingga suatu momen PERUBAHAN terjadi pada Sweety.
Ia berkenalan dengan seorang kakek.
No no..Sweety tidak kemudian menjadi pemberontak. Layaknya stereotipe perubahan anak yang tersebar dilingkungan kita. Perubahan Sweety tidaklah "nakal".
Karena si kakek adalah tokoh yang membuat sweety kembali pada fitrahnya. Fitrahnya seorang anak kecil. Yang harusnya masih harus seimbang dengan dunia bermain. Atau dunia khayalan layaknya anak-anak. Akan tetapi sepertinya diantara kita masih bisa mengimbangkan anak-anak antara belajar dan bermain. Bersyukurlah apabila kita adalah orang tua yang bisa memberikan 'jeda' untuk anak-anak bermain dengan dunia aslinya. Tak melulu didudukkan dikursi dan lengkap tumpukan buku ilmu pengetahuan dimeja belajarnya.
Tokoh kakek disebut sebagai "Penerbang". Karena kisahnya yang pernah menjadi penerbang. Entah fiktif atau tidak. Tapi cukup gila ketika ada kakek-kakek yang menyimpan pesawat dibelakang rumahnya. Sebuah media bagi sweety untuk takjub pada 'How Cool" si kakek tersebut.
Bersama kakek, sweety menjadi anak-anak. Mendengar kisah demi kisah. Dongeng! Masih jaman kah dongeng saat ini? Sepertinya tidak. Tapi dengan dongeng, sebuah proses akselerasi untuk anak-anak bisa berimajinasi. Imajinasi yang disesuaikan untuk kebutuhannya. Imajinasi yang bisa orang tua kendalikan. Ah, semoga kelak saya bisa mahir mendongeng untuk anak-anak. Ah, jadi makin kehilangan tokoh Pak Raden yang baru saja tiada. Semoga Allah memberikan surga bagi Kakek "Pak Raden". Karenanya saya punya masa lalu yang manis bersama Unyil dan kawan-kawan.
Kakek selalu menjadi sosok manis ya buat anak-anak? Kakek selalu seakan menjadi labuhan manja bagi anak-anak. Tawa mereka bisa berubah ketika bersama kakek. Karena memang level sayangnya berbeda, Kakek mencintai cucunya tanpa imbalan apapun. Hehehhe..nothing to lose - bahasa canggihnya.
Aih, saya sedih deh. Karena saya tak pernah menikmati kasih sayang kakek.
Sama sedihnya ketika Sweety menemukan Kakek dibawa ke ambulance di akhir cerita. Sweety menemukan dirinya sendiri. Menjadi dirinya sendiri dijalan yang benar. Harusnya ia masih di masa banyak bermain dengan kawan. Bukannya baru bisa memiliki teman setelah musim panas berlalu. Karena Sweety masih berada di 'Life Plan" yang ditentukan oleh Ibunya. Life plan yang terlalu dini untuk diterapkan. Meskipun untuk bisa menempuh sekolah yang diinginkan. Meskipun dan meskipun.
Film ini mengingatkan saya bahwa rencana apapun harus sesuai dengan tingkatannya. Plus, rencana apapun tak akan bisa menentang rencana Allah. Manusia memang boleh berencana. Tapi betul-betul harus cukup smart menempatkan semua rencana pada kebutuhannya.
Walaupun ketika kita menemukan anak kita kelak bersikap sangat 'dewasa'. Tetaplah berbaik hati untuk menempatkan momennya pada seharusnya. Demi keseimbangan jiwanya. Menempatkan waktu si anak pada tempatnya. Sulit? memang, tapi pasti bisa.
Film ini menasehati diri untuk memberikan jeda bagi anak-anak. Bermain untuk menghibur jiwanya yang lelah. Program percepatan di kurikulum sekolah seakan menjadi musuh besar bagi film ini. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua, berikanlah ia ruang untuk 'bernafas'.
Tak melulu bermain. Tak lalai dengan kesenangan permainan. Tak menggubriskan waktu dengan teman. Anak tetap diajarkan untuk mencapai masa depannya. Stick to the life plan, and a bit playing silly-controllable around..is OKAY
---
So, bolehlah ditonton 2-3x untuk makin meresapi pesan didalamnya.
Komentar
Posting Komentar