Belajar dari Konglomerat

Banyak yang bilang kalo hidup seperti orang kaya itu luar biasa melelahkan. Tidak salah juga kita menilai seperti itu, karena bisa jadi penilaian itu didasarkan dan dibandingkan dengan kemampuan kita. Sudah pasti tidak akan kesampaian dan akan sangat memaksakan diri.

Saya pernah diberi anugerah untuk bekerja dengan dua puluh dua orang super kaya di Indonesia. Sebut saja salah satunya Chairul Tanjung. Big bos media, supermarket, hotel, dan segudang perusahaan yang pastinya mengalirkan pundi uang yang sulit untuk dihabiskan oleh tujuh keturunan - kecuali ada takdir Allah yang berlainan kehendak. Selama saya bekerja dengan beliau, saya mengetahui bahwa beliau memiliki pesawat pribadi. Yes! Bukan pesawat sewaan yang biasa dipamerkan oleh selebritas wanita yang heits itu. No, sebuah pesawat pribadi yang tertuliskan nama istri dibawah jendela Co-Pilot. Aw aw aww, kalau saya jadi istri Chairul Tanjung, bisa jadi saya akan meninggal dengan hati bahagia. Tapi yang namanya takdir, ya mungkin saya akan tetap meninggal bahagia di pelukan suami saya yang bernama Syaefullah Kelana Putra, yang sholeh itu..insya Allah.

Dari dua puluh dua orang itu, bukan cuma Chairul Tanjung yang punya pesawat pribadi. Katakanlah James Riady. Bos media, properti, perbankan dan juga sederet sumber keuangan yang bisa jadi tak akan habis bagi keturunan Riady urutan ke 53. Pesawat pribadi yang saya tahu ada satu yang selalu beliau gunakan. Mungkin ada pesawat lain yang tak saya ketahui. Tapi cukuplah memuaskan anak atau cucunya untuk bepergian kemanapun tanpa merasa kebosanan menunggu di Boarding Room ataupun kesal karena terkena jadwal delay dengan berbagai alasan.

Ada lagi big bos saya yang punya pesawat pribadi. For sure ini betul-betul miliknya. Karena at the end, saya bekerja dengan beliau sebagai sekretaris di perusahaan. Yaitu Erwin Aksa. Karena saya sering mengatur perjalanan bisnis atau liburan keluarga dengan pesawat pribadinya. Tak jarang pesawat pribadinya ini dipinjamkan oleh pembesar di negeri ini.

Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa bekerja dengan mereka. Karena pengalaman bisa mengurus para pembesar saya belajar satu poin dari gaya hidup mereka. Satu poin yang membuat pintu jiwa saya terbuka begitu lebar.
No, no, bukan lagi menilai bahwa memiliki kekayaan berlimpah membuat hidup kita seperti tak tenang. Bisa jadi seperti itu, bagi penglihatan kaum biasa bagi kita-kita ini. Lalu poin apakah yang dimaksud?

"Tahu Diri"

Hahaha, rasanya sih emang ha'jleb juga untuk bisa menyatakan dua kata itu. Tapi bener kok, dua kata itu yang membuat saya 'tahu daratan". Mereka yang begitu melangit, tak perlu susah payah sampai kayang koprol dari Bekasi - Raja Ampat. Jika memang ada keinginan untuk juga melangit, benar-benarlah menuju langit dengan roket. Tak cuma dengan awan kinton. Karena dilangit sana tak cuma angin besar yang melanda, bahkan petir menggelegar sampai kurangnya oksigen pun siap mendera. Who knows? Well, i know a bit.

Jangan pula membuat diri kita yang masih saja di bumi menjadi minder. Merangsek kedalam bumi bahkan membenci kehidupan. Buat saya yang masih di bumi ini, akan terus menghadapkan kepala ke langit. Apakah saya menjadi sombong? Hadeeuuuh, masih jaman ya berpikiran sependek itu? No no, maksud saya, otak, pandangan, penciuman dan semua indera di kepala tetap menghadap ke langit. Untuk bisa terus melaju, meningkat dan sebagainya. Bahkan katanya supaya gak mudah galau, kita sebaiknya menengadahkan kepala. Supaya tidak bersedih hati. Nah omong-omong soal hati, dia lah yang tetap membumi. Biarkan hati tetap tertanam di bumi. Biarkan ide di otak melaju ke langit. Paham kan? Kalo belum paham, gih kayang koprol dulu dari Bekasi - Raja Ampat!

Nah sejujurnya saya sedang berproses untuk melangit. Bahasa membuminya sedang 'belajar'. Kalo katanya Mario Teguh - memantaskan diri. Ada beberapa point yang kita bisa tiru. Bukan soal materinya, tapi pada ke VALUEnya. Ya kudu lebih kuat kalo mau ngikutin di aspek ini. Walaupun gak mengeluarkan duit tapi mental baja itu paling penting.

A. SELF RESPECT
Para konglomerat tahu persis bagaimana mereka menghormati dirinya sendiri. Lagi-lagi bukan soal materi. Tapi attitude. Dan siapapun tahu kalau udah bicara soal attitude, no one will have more questions! Attitude bisa menentukan posisi diri dalam masyarakat. Dan susahnya amit-amit. Cuma konsistensi yang bisa membentuk attitude. Karena dengan terus menerus-menerus menjaga sikap yang baik, sosial akan meningkatkan 'kemuliaan' kita..bahkan tanpa harta yang berlimpah seperti bilyuner itu. Contoh mudahnya,

1.BE ON TIME!

Menghargai waktu, bagi bilyuner adalah faktor penentu bagi level bussinessman. Paling tidak akan dikait-kaitkan dengan perusahaannya. Kok bisa? Karena leader manapun kalo gak bisa menepati waktu bisa dinilai 'minus' dalam management-nya. Saya sebagai sekretaris, paling stres ngatur jadwal atasan saya. Belum lagi harus menerima kenyataan Jakarta yang kusut nan semrawut!!! Atasan mau tiba ON TIME, jadi saya harus menyiapkan 'tim'. Apalagi kalo ada acara dimana atasan saya jadi pembicara. Tim pendahulu pasti udah ada yang stand by di TKP. Memastikan jalur perjalanan aman untuk dilalui, minimal membantu saya memperhitungkan kapan bisa diinfokan kepada ajudan untuk jalan aman atau UGAL-UGALAN GIIIH!!

Nah buat kita, yang jadwa schedule nya gak se-hectic para milyader HARUSNYA GAK ADA ALASAN UNTUK TELATAN!
hahahha ngeselin yak?! Bodo amat!
Kan udah dibilangin, kalo udah bicara soal 'value' pasti banyak yang nusuk-nusuk gimana gitu. Eniwei, percaya gak, selama saya hidup, saya baru telat 10% saja. Karena saya akan spare waktu 1-2 jam sebelum jam yang ditentukan. Sejak kecil, bapak saja menekankan soal waktu. Katanya soal 'harga diri'. Masyarakat begitu mudah menilai diri hanya dengan melihat konsistensi kita memenuhi janji, atau kemauan diri kita untuk menghargai lawan pertemuan. Menjadi sangat terbiasa dengan jalanan yang begitu crowded dan kadang menyiksa buat orang lain. Tapi saya merasa dengan kebiasaan saya itu, tak sering pernah mengecewakan lawan pertemuan. Kalo pun saya terlambat, saya memang sengaja dan memberi info lawan temu. Karena pasti ada yang lebih urgent yang harus diselesaikan. Biasanya masalah kesehatan. Biasanya mendadak diare atau asam lambung meningkat - membuat kepala bisa pusing kleyengan. Jadi bukan karena macet yaa..hahahhha

2. DRESS YOU UP
Dont judge from the cover - katanya. Etapi jangan salahkan stereotype masyarakat yang menilai kita dari 'kulit'. Bagaimana kita bisa dihargai hingga dihormati kalau ke mall pakai sendal jepit.
Emang salah pake sendal jepit? Well, boleh aja sih, ke Grand Indonesia pake sendal jepit. Tapi pastiin sendal jepitnya merk Tods / Louboutin / Channel dan kawan-kawannya yang sulit disebutkan namanya itu..huehehehehhe
Masih sulit ya menolak stigma. Tapi stigma atau penilaian memang begitu mudah dilakukan masyarakat menjadi 'rambu-rambu' kehidupan kita. Jadi menjaga diri melalu penampilan bukan lah hal yang terlalu sulit. Berpakaian rapi layaknya kita ingin dihormati juga bukan hal yang mustahil. Urusan gaya boleh mencontoh. Dan pintar-pintarlah menyesuaikan dengan budget. Just dont get stupid to spend your money only buying one dress,,halah

Hmm..lanjut di artikel selanjutnya kali ya..heheheh

Biar penasaran ^^


























Komentar